Rabu, 25 Maret 2020

Corona Virus

Ikutan Heboh Corona (Covid-19) ah..
(re-post from my facebook 4 Maret 2020)


Tidak berasa sudah di akhir kuartal 1 2020. Awal tahun ini monoton, tidak penuh warna. Hanya satu berita, Covid-19 saja. Apalagi di Indonesia, baru ketahuan ada yg positif. Orang pada takut tertular, sakit, dan mati.

Akibatnya, nalar berfikir hilang lang. Panik mode start. Ga kerasa jadi be*o.

Kalau sudah begini, saya lebih suka berteman sama angka karena dia jujur apa adanya, tidak lebay. Beruntung di era sekarang, informasi bertebaran, hanya cukup modal pulsa saja. Pertanyaan yg mau dijawab : mati karena covid 19 vs mati karena lainnya.

Saya "browsing" beberapa data statistik. Ketemu website menarik, worldometer.info isinya angka2 statistik dunia. Angkanya update, selalu bergerak. Saya akses barusan, 4 Maret 2020, pk. 08.46pm.

Berikut datanya. 2020, artinya data sd 4 mar 2020 , pk 8.46pm.
  • world corona virus death : 3,222
  • Seasonal flu death 2020 : 84,991
  • Human death in 2020 : 10,290,620
Angka ini terus bergerak, saya ambil di satu saat saja tadi. Jika 10.2juta itu saya bagi 64 hari, maka artinya 160,790 manusia mati setiap hari. Angka ini tidak jauh beda dengan yg saya lihat di source lain dikatakan daily death rate itu di kisaran 150,000per day. Atau 6250 orang mati per jam, atau 104 orang mati permenit ! Coba tengok lagi ke atas, jumlah korban mati karena Covid 19.

Lebih sempit lagi, saya cek death rate Indonesia th 2019. Dikatakan disana 6.51 kematian per 1000 populasi. Jika dianggap populasi Indonesia 250juta (bener ga?). Maka ada 1,627,500 orang meninggal di Indonesia th 2019. Coba lihat lagi ke atas, Covid 19 death rate.

Kita akan semakin tercengang melihat korban meninggal karena DBD, TBC, kanker, serangan jantung, diabetes.. dll. Coba cari tahu ya..bandingkan dengan Covid 19 death rate diatas.

Bicara orang mati, dalam kasus yang berbeda, jumlah korban meninggal saat bencana tsunami Aceh 26 Dec 2004 sekitar 270,000. .. dalam kasus lain lagi , korban meninggal perang 8 tahun di Suriah : 70,000, dan tampaknya masih nambah.

Melihat angka itu, ayo gunakan akal sehat. Tidak usah itu nyerbu supermarket, malah bikin kacau tau. Nimbun masker, buat apa. Beli indomi ber dus dus, hadeh. Tidak usah berlebihan. Ada lagi yang ngait ngaitkan sama "hukuman" azab dll, wadoh, please deh. Ini pandangan masyarakat jaman sebelum masehi. Virus ga pakai nanya hal begituan. Sama hal nya bencana alam, tidak pandang bulu.

Kita jaga kesehatan saja yg baik. Caranya? Sudah dikasi tau dimana mana. Tidak gampang, tapi juga tidak susah, kalau mau.

Terhadap orang yang terkena, kita support sebisanya, bantu doa, beri motivasi (jika kenal). Minimal jangan nyinyirin mereka, ini yang paling membuat stres mereka. Dan culas.

Semoga kita semua sehat dan tetap dapat berkarya. Semoga manusia dapat mengatasi Covid 19 ini segera. Alam sedang mencari keseimbangan baru.

(Note, jika angka2 diatas tidak tepat titik koma nya harap maklum, soalnya ini bukan jurnal ilmiah. Jika ada yg salah tambah atau bagi, harap maklum, soalnya ngitung nya sambil ngantuk. Btw saat saya repost ini di tanggal 25 Maret, angka death rate di Indonesia meningkat menjadi 8%.. Kota-kota besar menerapkan work from home, social distance, dan anjuran stay at home. Semoga kita dapat lalui semua ini).

Kamis, 02 Januari 2020

Surat Terbuka Kepada Jasa Marga


Surat Terbuka Kepada Jasa Marga
2 Januari 2020

#keluhanjasamarga   #jasamarga    #YLKI

Saya adalah pengguna setia jalan tol di Jabodetabek. Setia bukan karena cinta sejati, melainkan karena tidak ada opsi tol lain. Namun, sudah terlalu lama saya dikecewakan, terutama ruas Cikampek, ruas ini yang rutin saya lewati. Kejadian tidak enak terakhir adalah kemarin, tgl 1 Jan 2020, saat tahun baru. Saya dari arah Jateng (Jogja) tujuan akhir Bekasi Barat, membutuhkan total 16jam dimana 6.5jam nya dari Cikarang sampai Bekasi Barat, 24Km saja jaraknya.

Cerita horor dimulai saat Cikampek, mulai km 64 tersendat, tetapi ini dikarenakan antrian ke dan setelah rest area. Ok, saya faham.

Sampai di KM34 (setelah Deltamas) pukul 19.00 stuck tidak bergerak, pukul 21.00 sampai di di Cikarang Barat, ternyata semua kendaraan dialihkan keluar.  Dua jam untuk jarak 2km! Jalan kaki santai saja hanya perlu  kurang dari 30 menit.  Saya tahu DKI dan sekitarnya banjir besar, tetapi tidak ada informasi gerbang mana yang ditutup agar saya bisa tentukan opsi lain. Menelepon 14080, puluhan kali, hanya dijawab “customer service kami sedang melayani customer lain” atau hanya bunyi tut tut tut, dan call forwarding.  Juga tidak ada press release dari JM,  di media on line. Saya cek di Detik,, Kompas, dan search di google dengan kata kunci tol Cikampek, Nihil.  Press release di Detik baru saya lihat di hari berikutnya, tanggal 2 Jan pagi. Di era Industri 4.0 seperti sekarang, ini adalah “too late”

Setelah keluar Cikarang Barat, pukul 21.00, drama masih berlanjut. Mencoba opsi jalan menyusur kalimalang, stuck. Opsi lain menggunakan jalur lama Cikarang -  Bekasi. Di dekat tertigaan Jababeka kearah utara sudah berhenti, terjebak lagi. Saya putuskan untuk putar balik, U turn nya sejauh 800meter baru berhasil di pukul 23.30 !! 2.5jam dari keluar tol Cikarang Barat untuk berputar lagi, di situ situ saja. Selama itu berusaha menghubungi 14080, masih tidak berhasil.

Sempat memutuskan untuk menginap di hotel, tetapi telepon ke beberapa saudara dan relasi, mereka sampaikan hotel di Bekasi dan Cikarang penuh semua,karena banyak korban mengungsi.

Berdasarkan google map, opsi lain adalah lewat jalan alternative ke arah Jonggol, Taman Buah Mekarsari, Narogong dan Bekasi, total jarak sekitar 50km. Kami pilih opsi tersebut dan akhirnya sampai di rumah pukul 1.30 pagi.   

Saya beruntung membawa mobil pribadi dan ada Pak Sopir, meskipun tetap saja tidak nyaman, karena beberapa kali anak saya minta ke toilet ditengah kemacetan, + capai.  Bagaimana penderitaan Penumpang kendaraan umum, Bus, Travel, yg terjebak ? Bagaimana dengan orang tua dan anak anak dalam kendaraan tersebut ? Pasti sangat menderita. Mereka adalah “silent victim”.  Saya menulis ini untuk mereka.  Sambil menunggu YLKI bersuara juga.

Adalah fakta bahwa ada banjir besar, tetapi JM tidak membagikan informasi detail terkait, bagian mana ruas yang terendam, demikian juga kenapa Cikarang Barat yang ditutup.  Lebih spesifik, komplain saya ke JM dalam kasus ini adalah :

(1)   Kenapa tidak ada on time press release di media online, dan atau menerjunkan petugas sejak Karawang Timur, Karawang Barat, Rest Area, untuk menginformasikan bahwa Cikarang Barat ditutup.  Sehingga pelanggan bisa antisipasi, misal :  lewat Elevated Toll, meskipun kemungkinan macet juga, atau menginap. Apakah para petugas JM sedang liburan?  Saya usul agar FB, atau, Instagram, atau website khusus yang berisi update seluruh ruas, real time.  Saya tahu ada Instagram JM, tetapi isinya hanya seremonial peresmian ini dan itu, dan berita-berita positif saja.

(2)    Kenapa call Center 14080, lebih sering tidak dapat dihubungi ? Jika ada kejelasan, paling tidak tingkat stress pengguna dapat ditekan, karena mengetahui kejadian yang ada dan bisa mencari opsi lain.

Kasus diatas hanyalah trigger saya menulis surat ini. Sekali lagi, bencana alam banjir di Jabodetabek, adalah fakta, tetapi respon JM sama sekali tidak menunjukkan “sense of crisis” dan tidak berdiri di sisi pelanggan. Kita semua tahu bahwa 1 Januari adalah puncak mudik libur akhir tahun.

Ketidak-puasan sebelumnya sudah banyak. Intinya pelayanan tidak sesuai dengan pendapatan dari ticket toll yang dibayarkan.  Kemacetan masih terjadi setiap hari, hampir di seluruh ruas. Jika memang selalu macet dan tidak dapat diatasi, gratiskan beberapa ruas yang sudah balik modal. Atau berikan penurunan harga. Ini sebagai kompensasi /goodwill perusahaan.  

Saat ini yang rutin dilakukan JM adalah menaikkan tarif tol. Saya tidak tahu alasannya, biaya operasional yang tinggi mungkin. Saya tidak tahu sudah seberapa efisien JM mengelola keuangan, bagaimana mengontrol "operational expense", bagaimana mengontrol "capital expense", dan "purchasing process".  Yang pasti saya banyak melihat investasi yang tidak dipakai / tidak tepat sasaran juga seperti : text display dimana mana, tanpa berisi value added information. 

Saya tidak tahu, kemana management JM bertanggung jawab, yang mana institusi tersebut yang harus menegur / mengontrol.  Faktanya, dari kami, para pelanggan lah JM mendapatkan dana untuk membiayai semua operasional JM, yang artinya pelanggan lah yang harus menjadi fokus.

Saat ini pendapatan dari ticket toll yang sedemikan tinggi, masih belum diimbangi dengan level pelayanan yang sesuai. Sebagai pelanggan, saya kecewa.